Presidensi G20 Indonesia yang dilaksanakan di Nusa Dua, Bali, pada 15 hingga 16 November 2022 dinilai belum menghasilkan sesuatu yang istimewa.
- DPP IMM Usulkan Menkeu Evaluasi Penghapusan Subisidi Energi Minyak dan Fosil
- Didik J Rachbini: Jika Investasi Tidak Naik, Maka G20 Cuma Ajang Kumpul Mahal Pejabat
- Komisi I DPR: Pengamanan KTT G20 Berhasil Berkat TNI, BIN, dan BSSN
Baca Juga
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie berujar, tidak ada yang lebih istimewa ditunjukan Indonesia selain kemegahan acara yang dilaksanakan.
"Indonesia saya lihat hanya sebatas host atau tuan rumah, tapi negara seperti India justru yang dominan," ujar Jerry kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (19/11).
Salah satu contoh dominasi India dalam KTT G20 kemarin lebih besar ketimbang Indonesia adalah terkait isu perang antara Rusia dan Ukraina.
Doktor komunikasi politik lulusan America Global University ini melihat, pernyataan Perdana Menteri India, Narendra Modi lebih memiliki pengaruh dan diperbincangkan ketimbang imbauan Jokowi agar perang dihentikan.
Modi dalam forum TT G20 kemarin menyatakan, "Today's era must not be of war (Era hari ini tidak boleh ada perang) bahkan menjadi satu pembahasan dalam artikel CNN bertajuk "G20's criticism of Russia shows the rise of a new Asian power. And it isn't China".
"Saya pikir Vladimir Putin akan anggap remeh pernyataan Jokowi soal stop perang," demikian Jerry menambahkan.
- Klaim Wamendes Tidak Ada Desa Miskin Bertolak Belakang dengan Data BPS
- PAN dan PPP Perlu Sadar Diri Airlangga Paling Kuat Dicapreskan KIB
- Jerry Massie: Mewacanakan Pemilu 2024 Bakal Chaos, Bagian dari Intimidasi Demokrasi