Demokrasi yang humanis bisa didapatkan dengan cara mengendalikan hawa nafsu diri terhadap berbagai masalah yang tengah di hadapi negara.
- Hilangkan Polarisasi, Nasdem Sumut dan Relawan Anies Gaungkan "No Cebong No Kampret"
- Saat Bersaksi di Persidangan, Psikologis AGH Penganiaya David Wajib Dipantau
- Resmi Jadi Peserta Pemilu 2024, Partai Ummat Lampung Segera Siapkan Caleg Andalan
Baca Juga
Menurut Jaya Suprana, dalam politik tidak ada kategori masuk surga atau negara, yang ada manusia masuk neraka atau surga. Demokrasi harus dibangun dengan pribadi-pribadi manusia yang mampu berjihad dalam kebenaran.
"Menurut saya, manusianya itu build in di dalam demokrasi, atau demokrasi di dalam build in di anu manusia, itu sebetulnya ada dan tidak ada, bisa jadi perdebatan yaitu dengan jihad annafsi,” kata Jaya Suprana dalam acara diskusi publik Universitas Paramadina, bertema Demokrasi Indonesia Tanpa Humanisme?, Selasa (1/11).
Jaya Suprana menuturkan bahwa masyarakat Indonesia bisa membentuk peradaban yang luar biasa indah dengan berbagai kultur yang dimiliki bangsa ini.
“Saya enggak bicara etika tapi saya bicara estetika. Estetika enggak kalah penting ketimbang etika, etika itu cara kita, tapi tujuannya estetik. Kalau enggak estetika enggak indah baiknya jangan, walaupun kita bisa berdebat juga tentang estetika. Kita enggak ada habisnya,” ucapnya.
Dia menegaskan bahwa untuk menjadikan peradaban demokrasi di Indonesia lebih humanis, seharusnya setiap manusia di Indonesia bisa berjuang dengan dirinya sendiri.
"Ini ada andaikatamologi. Saya tidak berani berdebat tapi saya bisa tawarkan yaitu tadi jihad annafsi. Untuk membentuk peradaban bukan hanya demokrasi bukan hanya kemanusiaan tapi terhadap diri,” tutupnya.
- Bertemu Aher, Anies Baswedan Disambut Meriah Kader PKS
- Putut Prabantoro: Kekayaan Alam Bisa Menjadi Faktor Meningkatnya Ancaman bagi Indonesia
- Sekjen PDIP Tegaskan Dewan Kolonel Tak Sesuai AD/ART Partai